
Cabai berasal dari Amerika tropis, tersebar mulai
dari Meksiko sampai bagian utara Amerika Selatan. Di Indonesia, umumnya cabai
dibudidayakan di daerah pantai sampai pegunungan, hanya kadang-kadang menjadi
liar. Perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, setahun atau menahun. Tanaman Cabai
Merah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Nama Lokal
:
NAMA DAERAH
Sumatera: campli, capli (Aceh), ekiji-kiji, kidi-kidi (Enggano), leudeu (Gayo),
lacina (Batak Karo), lasiak, lasina (Batak Toba), lada sebua (Nias), raro
sigoiso (Mentawai), lado (Minangkabau), cabi (Lampung), cabe, lasinao (Melayu).
Jawa: cabe, lombok, sabrang (Sunda), lombok, mengkreng, cabe (Jawa), cabhi
(Madura), tabia (Bali): Nusa Tenggara: sebia (Sasak), saha, sabia (Bima), mbaku
hau (Sumba), koro (Flores), hili (Sawu). Kalimantan: sahang (Banjar), rada
(Sampit), sambatu (Ngaju). Sulawesi: rica (Mana-do), bisa (Sangir), mareta
(Mongondow), malita (Gorontalo), lada (Makasar), ladang (Bugis). Maluku: manca
(Seram), siri (Ambon), kastela (Buru), maricang (Halmahera), rica lamo
(Ternate, Tidore), maresen (Kalawat), rihapuan (Kapaon), riksak (Sarmi), ungun
gunah (Berik). NAMA ASING La chiao (C), spaanse peper (B), piment, guinea
pepper,cayenne pepper, red pepper (I), poivre long (P), beisbeere, spanischer
pfeffer (J). NAMA SIMPLISIA Capsici Fructus (buah cabai merah).
1.
AKAR

Tanaman
Cabai Merah mamiliki akar tunggang yang dalam dengan susunan akar samping
(serabut) yang baik
•
Inti Akar
Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis.
Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis
berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
• Rambut
Akar.
Rambut akar atau bulubulu akar berbentuk serabut halus.
Rambut akar terletak di dinding luar akar. Fungsi rambut akar adalah mencari
jalan di antara butiran tanah. Hal inilah yang menyebabkan akar dapat menembus
masuk ke dalam tanah. Selain itu, rambut akar juga berfungsi menyerap air dari
dalam tanah.
• Tudung
Akar.
Tudung akar
terletak di ujung akar. Bagian ini melindungi akar saat menembus tanah.
·
Fungsi
Akar :
Bagi tumbuhan akar memiliki beberapa kegunaan, antara
lain, untuk menyerap air dan zat hara,
untuk menunjang berdirinya tumbuhan, serta untuk menyimpan cadangan makanan.
a. Menyerap air dan zat hara (mineral).
Tumbuhan
memerlukan air dan zat hara untuk kelangsungan hidupnya. Untuk memperoleh kebutuhannya
tersebut, tumbuhan menyerapnya dari dalam tanah dengan menggunakan akar. Oleh
karena itu, sering dijumpai akar tumbuh memanjang menuju sumber yang banyak
mengandung air.
b. Menunjang berdirinya tumbuhan.
Akar yang tertancap ke dalam tanah berfungsi seperti
pondasi bangunan. Akar membuat tumbuhan dapat berdiri kokoh di atas tanah. Oleh
karena itu, tumbuhan dapat bertahan dari terjangan angin kencang dan hujan
deras.
c. Sebagai alat pernapasan.
Selain menyerap air dan zat hara, akar juga menyerap
udara dari dalam tanah. Hal ini mungkin dilakukan karena pada tanah terdapat
pori-pori. Melalui pori-pori tersebut akar tumbuhan memperoleh udara dari dalam
tanah.
d. Sebagai penyimpan makanan cadangan.
Pada tumbuhan tertentu, seperti ubi dan bengkoang, akar
digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan. Biasanya, akar pada
tumbuhan tersebut akan membesar seiring banyaknya makanan cadangan yang
tersimpan. Makanan cadangan ini digunakan saat menghadapi musim kemarau atau
ketika kesulitan mencari sumber makanan.
Manusia juga sering menggunakan
akar tumbuhan untuk keperluan hidupnya. Misalnya, sebagai sumber makanan,
contohnya ubi kayu, ubi jalar, dan wortel; sebagai bahan obat-obatan, contohnya
jahe, kunyit, dan akar pepaya; sebagai parfum, contohnya akar bit; sebagai
bumbu,contohnya jahe dan kunyit
2. BATANG

Umumnya
Tanaman Cabai Merah memiliki cabang yang banyak, berbentuk bulat sampai agak
persegi dengan posisi yang cenderung tegak. Warna batang kehijauan sampai
keunguan dengan ruas berwarna hijau dan ungu bergantung pada varietasnya.
·
Struktur batang dikotil dan Fungsinya secara umum

Struktur Jaringan Batang Tumbuhan
Dikotil - Seperti halnya akar, batang juga
tersusun atas berbagai jaringan, yaitu jaringan epidermis, jaringan dasar, dan
jaringan pembuluh. Jaringan dasar tersusun oleh korteks, sedangkan jaringan
pembuluh terdapat berkas vaskuler yaitu xilem dan floem. Karena itu, batang
memiliki beragam fungsi bagi tumbuhan. Namun, berbagai lapisan ini juga
mempunyai beragam ciri khas.
Jaringan epidermis pada batang memiliki
ciri yang sama seperti jaringan epidermis pada akar. Misalnya, sel yang tipis dan
tersusun rapat serta berkutikula pada akar dan batang. Selain itu, batang
memiliki kemampuan tumbuh, baik secara sekunder maupun primer. Pertumbuhan
sekunder batang terjadi pada jaringan epidermis. Sedangkan pertumbuhan primer
terjadi pada tunas terminal (ujung batang) tepatnya pada meristem apikal.
Fungsi jaringan epidermis pada batang juga sama dengan jaringan epidermis pada
akar yaitu melindungi jaringan yang ada di dalamnya. Epidermis batang ini juga
dapat pecah. Pecahnya epidermis batang mengakibatkan jaringan kambium gabus
(folagen) terisi dengan gabus. Bagian ini disebut lenti sel. Fungsi lenti sel adalah sebagai tempat
pertukaran gas dan penguapan (transpirasi).
Lapisan penyusun batang selanjutnya adalah jaringan dasar. Di
dalam jaringan ini terdapat korteks. Korteks pada batang meliputi dua macam
jaringan, yakni jaringan korteks luar dan korteks dalam. Sel kolenkim dan sel
parenkim adalah penyusun korteks luar. Korteks dalam hanya disusun dari sel-sel
parenkim saja. Korteks dalam (endodermis) dimiliki oleh semua tumbuhan. Namun
sebaliknya, tidak semua tumbuhan memiliki korteks luar. Ada satu ciri khas yang
dimiliki tumbuhan biji terbuka terkait lapisan korteks. Pada korteksnya
terdapat seludang pati (sarung tepung) yaitu lapisan yang berisi pati.
Setelah korteks, tubuh tumbuhan tersusun oleh jaringan
pembuluh. Di dalam jaringan pembuluh terdapat stele atau silinder pusat. Pada
tumbuhan dikotil, stele terletak di sebelah dalam korteks atau sebelah dalam
endodermis. Sementara, lapisan terluarnya disebut perisikel atau perikambium.
Di sebelah dalam korteks terdapat empulur dan berkas pengangkut. Pada berkas
pengangkutan ini terdapat xilem dan floem. Sementara, di tengah stele terdapat
empulur. Empulur juga ada di antara xilem dan floem. Bentuknya seperti
jari-jari, disebut jari empulur. Selain itu, di antara xilem dan floem juga
terdapat kambium. Oleh karena itu, berkas pengangkutannya disebut berkas
kolateral terbuka. Kambium memiliki dua bagian, yakni kambium vaskuler dan
kambium intravaskuler. Bagian kambium yang berada di antara xilem dan floem
berasal dari prokambium disebut kambium vaskuler. Sedangkan kambium di luar
xilem dan floem yang berasal dari sel-sel parenkim disebut kambium
intravaskuler. Adapun ringkasan letak dan fungsi tiap-tiap jaringan penyusun
batang Dikotil dapat teman teman lihat dalam Tabel 1. berikut.
·
Fungsi Batang
Umumnya, warna
batang muda adalah hijau muda, sedangkan warna batang yang telah tua adalah
kecokelat-cokelatan. Bagi tumbuhan, batang memiliki beberapa kegunaan, antara
lain sebagai penopang, pengangkut air dan zat-zat makanan, penyimpan makanan
cadangan, serta sebagai alat perkembangbiakan.
a. Penopang.
Fungsi utama
batang adalah menjaga agar tumbuhan tetap tegak dan menjadikan daun sedekat
mungkin dengan sumber cahaya (khususnya matahari). Batang tumbuh makin tinggi
atau makin panjang. Hal ini menyebabkan daun yang tumbuh pada batang makin
mudah mendapatkan cahaya. Pengaruh cahaya pada tumbuhan akan kamu pelajari di
kelas lima.
b.
Pengangkut.
Batang berguna
sebagai pengangkut air dan mineral dari akar ke daun. Selain itu, batang
berperan penting dalam proses pengangkutan zat-zat makanan dari daun ke seluruh
bagian tumbuhan.
c.
Penyimpan.
Pada beberapa
tumbuhan, batang berfungsi sebagai penyimpan makanan cadangan. Misalnya, batang
pada tumbuhan sagu. Makanan cadangan disini juga bisa berwujud air, Misalnya,
pada tumbuhan tebu dan kaktus. Makanan cadangan ini akan digunakan saat
diperlukan.
d. Alat perkembangbiakan.
Batang juga
berfungsi sebagai alat perkembangbiakan vegetatif.
Hampir semua pertumbuhan vegetatif, baik secara alami maupun buatan,
menggunakan batang. Tentang perkembangbiakan ini akan kamu pelajari lebih
lanjut di kelas VI.
Bagi manusia, batang tumbuhan yang membentuk kayu dapat
dimanfaatkan, antara lain, untuk membuat perabot rumah tangga, contohnya batang
pohon jati; untuk bahan makanan, contohnya sagu, asparagus; untuk bahan
industri, contohnya tebu dan bambu.
3.
DAUN

Daun Cabe Merah bentuknya lonjong sampai bulat panjang dengan ujung
meruncing. Warna daun hijau kelam sampai keunguan. Namun adapula jenis cabe
kecil daunnya berwarna hijau kekuningan.
Struktur Jaringan & Fungsi
Daun
Daun
terletak di bagian atas tumbuhan dan melekat pada batang. Daun merupakan
modifikasi dari batang. Daun merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak
mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak berlangsung di
daun.
Daun
memiliki bentuk dan ukuran tertentu sehingga dapat melakukan tugas penting,
membuat makanan seefisien mungkin. Tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap dan
teduh memiliki daun yang lebar agar dapat menangkap sinar matahari sebanyak
mungkin. Di daerah yang banyak hujan, daun sering memiliki lapisan yang
mengkilat dan tahan air. Beberapa daun memiliki duri untuk melindungi diri,
sementara daun lainnya tebal dan kuat untuk bertahan di udara dingin.
1. Fungsi Daun
Secara
umum fungsi daun sebagai berikut.
1)
Membuat makanan melalui proses fotosintesis.
2)
Sebagai tempat pengeluaran air melalui transpirasi dan gutasi.
3)
Menyerap CO 2 dari udara.
4)
Respirasi.
2. Struktur Jaringan Penyusun daun
Daun
berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau. Daun ditopang oleh tangkai daun.
Tangkai daun berhubungan dengan tulang daun. Tulang daun bercabang-cabang
membentuk jaring jaring pembuluh angkut. Struktur daun dibedakan atas struktur
luar dan struktur dalam.
a) Struktur Jaringan luar Daun
Secara morfologi daun terdiri dari:
–
Helaian daun ( lamina ).
–
Tangkai daun ( petiolus ), terdapat bagian yang menempel pada batang disebut
pangkal tangkai daun. Ada tumbuhan tertentu yang daunnya tidak bertangkai daun,
misalnya rumput.
–
Pelepah daun ( folius ), pada tumbuhan monokotil pangkal daun pipih dan lebar
serta membungkus batangnya. Misalnya: pelepah daun pisang dan pelepah daun
talas.
Gambar
1. Struktur luar daun.
Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut disebut daun sempurna, misalnya daun pisang dan daun talas. Daun yang tidak memiliki satu atau lebih bagian daun disebut daun tidak sempurna, misalnya daun mangga dan daun jambu.
Pada lembaran permukaaan daun terdapat tulang atau urat daun. Tipe tulang daun ada empat macam, yaitu:
–
menyirip, misalnya pada daun mangga,
–
menjari, misalnya pada daun pepaya,
–
melengkung, misalnya pada daun gadung,
–
sejajar, misalnya pada daun jagung,
Tumbuhan dikotil umumnya memiliki daun dengan susunan tulang daun menyirip dan menjari. Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki daun dengan susunan tulang daun sejajar atau melengkung.
b)
Struktur Jaringan dalam Daun
1) Epidermis Daun
Epidermis
berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami penebalan dari zat kutin
(kutikula) atau kadang dari lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut
daun) yang diapit oleh dua sel penutup. Stomata ada yang terletak di permukaan
atas saja, misalnya pada tumbuhan yang daunnya terapung (pada daun teratai),
ada yang di permukaan bawah saja, dan ada pula yang terdapat di kedua permukaan
daun (atas dan bawah). Tanaman Ficus mempunyai epidermis yang tersusun atas dua
lapis sel. Alat-alat tambahan yang terdapat di antara epidemis daun, antara
lain trikoma (rambut) dan sel kipas. Bentuk epidermis dan stomata dapat Anda
amati pada Gambar 2. dan 3.
Gambar
2. Epidermis dengan stomata
Gambar
3.
Penampang melintang stomata
Penampang melintang stomata
2) Mesofil Daun (Jaringan dasar)
Mesofil
terdiri dari sel-sel parenkim yang tersusun renggang dan banyak ruang antarsel.
Pada kebanyakan daun Dikotil, mesofil terdiferensiasi menjadi parenkim palisade
(jaringan tiang) dan parenkim spons (jaringan bunga karang). Sel-sel palisade
bentuknya memanjang, mengandung banyak kloroplas, dan tersusun rapat. Parenkim
spons bentuknya tidak teratur, bercabang, mengandung lebih sedikit kloroplas,
dan tersusun renggang.
3) Berkas Pengangkut Daun
Berkas
pengangkut terdapat pada tulang daun yang berfungsi sebagai alat transpor dan
sebagai penguat daun.
4) Jaringan Tambahan Daun
Jaringan
tambahan meliputi sel-sel khusus yang umumnya terdapat pada mesofil daun,
misalnya sel-sel kristal dan kelenjar.
4.
BUNGA

·
Struktur Bunga dan Fungsinya Secara Umum
1. Struktur Bunga
Perhatikan
gambar di samping. Bunga lengkap memiliki bagian-bagian sebagai berikut.

1. Kelopak, umumnya berwarna hijau dan berfungsi menutup bunga di saat masih kuncup.
2. Mahkota, merupakan bagian bunga yang indah dan berwarnawarni.
3. Benang sari dengan serbuk sari sebagai alat kelamin jantan.
4. Putik sebagai alat kelamin betina.
5. Dasar dan tangkai bunga sebagai tempat kedudukan bunga.
Bunga yang memiliki tangkai, kelopak, mahkota, benang sari, dasar bunga, dan putik disebut bunga sempurna. Jika memiliki semua bagian kecuali putik, maka disebut bunga jantan. Jika memiliki semua bagian kecuali benang sari, maka disebut bunga betina. Bunga yang memiliki benang sari dan putik disebut bunga hermafrodit.

1. Kelopak, umumnya berwarna hijau dan berfungsi menutup bunga di saat masih kuncup.
2. Mahkota, merupakan bagian bunga yang indah dan berwarnawarni.
3. Benang sari dengan serbuk sari sebagai alat kelamin jantan.
4. Putik sebagai alat kelamin betina.
5. Dasar dan tangkai bunga sebagai tempat kedudukan bunga.
Bunga yang memiliki tangkai, kelopak, mahkota, benang sari, dasar bunga, dan putik disebut bunga sempurna. Jika memiliki semua bagian kecuali putik, maka disebut bunga jantan. Jika memiliki semua bagian kecuali benang sari, maka disebut bunga betina. Bunga yang memiliki benang sari dan putik disebut bunga hermafrodit.
2.
Fungsi Bunga
Fungsi bunga yang utama adalah sebagai alat
perkembangbiakan generatif (materi ini akan kamu pelajari lebih mendalam di
kelas VI). Perkembangbiakan generatif merupakan perkembangbiakan yang didahului
pembuahan. Pada tumbuhan berbunga, pembuahan yang terjadi didahului dengan
penyerbukan. Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya kepala serbuk sari ke kepala
putik. Bagian bunga yang paling menarik adalah mahkota. Mahkota yang indah dan
berbau menyengat menarik perhatian serangga, seperti kupukupu, kumbang, dan lebah.
Akibatnya, tanpa disadari proses penyerbukan terjadi. Sedangkan bagi manusia,
bunga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan, perlengkapan upacara adat, dan bahan
rempah-rempah.dll.
5.
BUAH

Buahnya bulat memanjang mempunyai 2-3 ruang yang berbiji banyak.
Warna buah muda ada yang hijau, Tetapi buah yang telah tua atau matang pada
umumnya kuning sampai merah dengan aroma yang berbeda sesuai varietas.
6.
BIJI

Bijinya
kecil, bulat pipih seperti ginjal (buah pinggang), yang warnanya kuning
kecoklatan. Berat 1000 biji kering berkisar antara 3-6 gram.
BAB II
NILAI EKONOMI
Secara umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya
Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.
Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk
keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan
industri obat-obatan atau jamu. Cabe merah mengandung minyak eteris yang sangat
tinggi, khusunya menyebabkan rasa pedas yang disebut capsaicin (C18 H27 NO3).
Tanaman cabai (Capsicum sp.) merupakan
salah satu komoditas holtikultura yang banyak digemari masyarakat. Salah satu
spesies cabai yang banyak dibududayakan adalah cabai merah (Capsicum annuum var.
Longum). Selain dapat dikonsumsi segar, cabai dapat dikonsumsi kering sebagai
bumbu masakan dan juga sebagai bahan baku industri. Rubatzky (1997) menyatakan
bahwa cabai juga digunakan dalam industry pangan, pakan unggas, dan farmasi.
Bosland (2000) melaporkan bahwa cabai mengandung zat-zat gizi antara lain
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin (A, C, dan B1), dan
senyawa alkaloid seperti capsaicin, flavonoid, dan minyak esensial.
Cabai merah (Capsicum annuum var.
Longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi
penting di Indonesia, karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak
juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku
industri, memiliki peluang ekspor, membuka kesempatan bekerja, serta mengandung
vitamin C. Cabai digunakan untuk keperluan rumah tangga dan bahan baku industri
obat-obatan. Kandungan vitamin C pada buah cabai cukup tinggi. Hal ini
merupakan suatu indikator bahwa cabai dapat dikategorikan sebagai komoditas
komersial dan potensial untuk dikembangkan.
Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang
berguna bagi kesehatan manusia. Sun et al. (2007) melaporkan cabai mengandung
antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas.
Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga
mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker
(Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980). Tanaman cabai banyak
mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan
kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu
komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena
memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang
salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit
kanker.
Pada permulaan musim hujan, kita sadari cabai
di pasaran berkurang jumlahnya, karena tanaman cabai musim kemarau sudah
menjelang habis dipanen, sedangkan tanaman awal musim hujan belum berbuah.
Pasokan cabai yang menurun di pasar mengakibatkan harga naik, karena permintaan
akan cabai konstan dan kontinyu, terus menerus setiap hari, tidak mengenal
musim. Lidah bangsa Indonesia nampaknya tidak dapat menyesuaikan dengan kapasitas
kemampuan penyediaan bahan pangan yang menurun pada musim kosong (off season).
Apa boleh buat, Kementerian Pertanian menjadi sasaran tuding.
Manajemen produksi adalah perencanaan dan
pelaksanaan sistem produksi barang secara terjadwal, menyesuaikan dengan irama
kebutuhan konsumen. Penerapan manajemen produksi cabai berarti
menginventarisasi kebutuhan pasar cabai di kota-kota besar seluruh Indonesia,
untuk disesuaikan (matching up) dengan jadwal dan luas tanam cabai di sentra
produksi. Kebutuhan cabai nasional dalam satu tahun, sudah kita ketahui sekitar
800.000 kg. Dari kebutuhan setahun dibagi 12 memperoleh 66.000 ton, menjadi
kebutuhan cabai sebulan secara nasional.
Kebutuhan cabai sebulan tersebut dirinci
manjadi kebutuhan setiap wilayah kota besar utama yang berpenduduk di atas satu
juta orang, atau disebut sebagai wilayah konsumen. Angka yang diperoleh adalah
kebutuhan cabai setiap wilayah konsumen per bulan yang perlu dipasok dari
sentra produksi cabai terdekat. Sentra produksi cabai di seluruh Indonesia
sudah kita ketahui, berarti luas tanam dan produksi cabai yang diperlukan per
bulan dapat kita hitung.
Tanaman cabai dapat dipanen pada bulan ke
tiga dan bulan ke empat, produktivitasnya mencapai 4-8 ton/ha, atau rata-rata 6
ton/ha. Dari jumlah kebutuhan cabai satu wilayah konsumen, berapa ton sebulan,
dibagi dengan 6, memperoleh luasan tanaman cabai yang diperlukan di wilayah
produsen pemasok pada periode satu bulan.
BAB III
USAHA
TANI
Syarat Tumbuh Tanaman Cabe Merah
a.
Syarat iklim
·
Tinggi tempat 5-1500 mdpl.
·
Curah hujan 90-120 mm/bulan atau 1500-2500 mm/tahun dengan
distribusi merata.
·
Temperatur yang baik minimal 16 derajat celcius, optimal 27 derajat
celcius, maksimal 32 derajat celcius.
·
Saat pembungaan sampai dengan pemasakan buah, keadaan sinar
matahari cukup (10-12 jam).
b.
Syarat tanah
·
pH tanah yang cocok 5,5- 6,5.
Bila pH
tanah kurang dari 5,5 maka garam-garam Al yang terlarut dalam tanah dapat
meracuni tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Sebaliknya
jika pH lebih dari 6,5 maka unsur mikro tidak dapat diambil oleh tanaman
sehingga produksi tanaman menurun.
·
Struktur tanah sebaiknya remah, subur, dan gembur.
·
Tanah banyak mengandung bahan organik maupun anorganik.
·
Drainase dan airase harus baik, draenase dapat diatur dengan
membuat saluran pembuangan dan aerase yang baik agar tata udara dalam tanah
mudah.
·
Tanah tidak becek atau tidak ada genangan air.
·
Reaksi kimia dalam tanah harus berjalan dengan baik agar tidak
merusak tanaman dan pertumbuhannya.
·
Tekstur lempung.
·
Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan.
1.
Pengolahan
Lahan
Lahan yang akan
dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam gulma dan akar
bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan untuk
menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan
banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan Herbisida
Sistemik seperti Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per Hektar.
Selanjutnya
lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak traktor.
Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi
tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah.
Buat bedengan
dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 – 60 cm dan
lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengukuran pH tanah juga perlu dilakuan dengan alat pH meter atau dengan kertas
lakmus. Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan menggunakan dolomint
atau kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton/Ha atau 200 – 400 gram / meter
persegi tergantung pH tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat
pembajakan atau pada saat pembuatan bedengan bersamaan dengan sebar kompos atau
pupuk kandang. Pupuk kandang yang diperlukan adalah 10 sampai 20 ton / Ha atau
½ sampai 1 zak untuk 10 meter panjang bedengan. Pupuk dasar yang diberikan
adalah pupuk NPK grand S-15, 2 kg untuk 10 meter panjang bedengan atau 2 ton /
hektar.
Tahap berikutnya
adalah pemasangan mulsa plastic hitam perak yang berguna untuk menekan
perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan,
mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah serta
dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk. Pemasangan mulsa dilakukan dengan
cara membentang dan menarik antara dua sisi dengan permukaan perak di bagaian
atas. Setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan pasak.. Agar pemasangan
mulsa lebih optimal dan dapat menutup permukaan bedengan dengan baik sebaiknya
dilakukan pada siang hari atau saat cuaca panas.
2.
Teknik Penanaman
Jarak
tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm untuk
jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag.
Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan
pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai
jarak tanam yang dianjurkan.
Pembuatan
lubang pada mulsa dapat juga menggunakan system pemanasan dengan menggunakan
kaleng dengan diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara
menugal tanah sedalam 8 – 10 cm.
Bibit
cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4
daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan
insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan
penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam Seleksi dan pengelompokan
bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya. Penanaman sebaiknya
dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara
merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung dimasukkan
pada lubang tanam. Kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang di
samping lubang tanam.
3.
Pemeliharaan Tanaman
Setelah tanaman berumur 7 – 14 hst ,
tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan normal atau mati perlu dilakukan
penyulaman dengan bibit yang masih ada di persemaian.
Jika pada lubang tanam tumbuh gulma,
maka perlu dilakukan penyiangan dengan cara mencabut . Pengendalian gulma perlu
dilakukan pada gulma yang tumbuh di parit dengan menggunakan cangkul atau
dengan herbisida Rambo 480AS. Pada saat aplikasi nozelnya perlu diberi sungkup
agar semprotan herbisida tidak mengenai tanaman cabe. Pewiwilan perlu dilakukan
pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah cabang utama dan bunga
pertama yang muncul pada cabang utama.
Pewiwilan ini dilakukan agar pertumbuhan
vegetatif tanaman dapat optimal. Pengikatan dilakukan saat tanaman umur 10 – 15
hst dengan mengikatkan batang yang berada dibawah cabang utama dengan tali
plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat
tanaman diatas cabang utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada
umur 50 -60 hst.
4.
Pengairan
Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari
atau tergantung kondisi lahan dengan cara menggenangi atau leb. Pada waktu
pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan dengan pelan agar tidak
terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman.
5.
Pemupukan Susulan
Untuk memacu pertumbuhan tanaman,
dianjurkan untuk melakukan pengocoran mulai umur 7 sampai 60 hst dengan NPK
Grand S-15 konsentrasi 7 gram per liter sebanyak 250 cc pertanaman dengan
interval 7 hari . Setiap pengulangan pengocoran konsentrasi pupuk dinaikkan 2
gram per liter. Pada saat tanaman berumur 30 hst, pemupukan susulan pertama
dilakukan dengan memberikan campuran pupuk NPK Grand S-15 150 kg/Ha dan Urea 40
Kg/Ha. Pemupukan dilakukan dengan cara melubangai mulsa dan menugal pada sisi
tanaman dengan jarak 15 cm.
Selain tanaman dikocor, dianjurkan juga
disemprot dengan pupuk daun Mamigro Super N atau NPK spesial atau dengan
Gardena D dengan konsentrasi 2 – 5 gram / liter air mulai umur 7 sampai 30 hst
dengan interval pemberian 7 – 15 hari.
Pupuk susulan kedua dilakukan saat
tanaman berumur 40 hst dengan memberikan pupuk NPK Grand S-15 300 kg / Ha. Pada
saat tanaman berumur 50 hst, pupuk susulan ke tiga dilakukan dengan memberikan
pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 350 kg/Ha.
Untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah,
dianjurkan untuk dilakukan penyemprotan dengan pupuk daun Mamigro Super P atau
NPK Spesial, Gardena B atau dengan Pupuk Mikro Fitomic . Konsentrasi untuk
Fitomic adalah 1,5 – 2,5 cc / liter dengan interval pemberian 10 – 15 hari.
Pemupukan susulan ke empat dilakukan
saat tanaman berumur 60 hst. Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK Grand S-15
dengan dosis 200 Kg/Ha.
6.
Hama
Dan Penyakit Tanaman Cabe
Hama yang sering menyerang tanaman cabe
adalah :
• Ulat tanah atau Agrotis Ipsilon
• Thrips
• Ulat grayak atau Spodoptera litura
• Lalat buah atau Dacus verugenius
• Aphids hijau /kutu daun
• Tungau / mite
• Nematode puru akar
Ulat Tanah dengan nama latin Agrotis
ipsilon, biasa menyerang tanaman cabe yang baru pindah tanam, yaitu dengan cara
memotong batang utama tanaman hingga roboh bahkan bisa sampai putus. Untuk
tindakan pencegahan dapat dilakukan penyemprotan insektisida Turex WP dengan
konsentrasi 0,25 – 0,5 g/liter bergantian dengan insektisida Direct 25ec dengan
konsentrasi 0,4 cc/liter atau insentisida Raydok 28ec dengan konsentrasi 0,25-0,5
cc/liter sehari sebelum pindah tanam.
Ulat grayak pada tanaman cabe biasa
menyerang daun, buah dan tanaman yang masih kecil. Untuk tindakan pengendalian
dianjurkan menyemprot pada sore atau malam hari dengan insektisida biologi
TurexWP bergantian dengan insektisida Raydok 28ec atau insektisida Direct 25ec.
Lalat buah gejala awalnya adalah buah
berlubang kecil, kulit buah menguning dan kalau dibelah biji cabe berwarna
coklat kehitaman dan pada akhirnya buah rontok. Untuk pencegahan dan
pengendalian dapat dilakukan dengan membuat perangkap dengan sexferomon atau
dengan penyemprotan insektisida Winder 100EC dengan konsentrasi 0,5 sampai 1 cc
per liter bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi
0,25-0,5 cc/liter atau dengan insektisida Cyrotex 75sp dengan konsentrasi
0,3-0,6 g/liter.
Hama Tungau atau mite menyerang tanaman
cabe hingga daun berwarna kemerahan, menggulung ke atas, menebal akhirnya
rontok. Untuk penengendalian dan pencegahan semprot dengan akarisida Samite
135EC dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 ml / liter air bergantian dengan
insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.
Tanaman yang terserang hama thrips,
bunga akan mengering dan rontok. Sedangkan apabila menyerang bagian daun pada
daun terdapat bercak keperakan dan menggulung. Jika daun terserang aphids, daun
akan menggulung kedalam, keriting, menguning dan rontok. Untuk pencegahan dan
pengendalian lakukan penyemprotan dengan insektisida Winder 25 WP dengan
konsentrasi 100 – 200 gr / 500 liter air / ha atau dengan Winder 100EC 125 –
200 ml / 500 liter air / Ha bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan
konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.
Nematoda merupakan organisme pengganggu
tanaman yang menyerang daerah perakaran tanaman cabe. Jika tanaman terserang maka
transportasi bahan makanan terhambat dan pertumbuhan tanaman terganggu. Selain
itu kerusakan akibat nematode dapat memudahkan bakteri masuk dan mengakibatkan
layu bakteri. Pencegahan yang efektif adalah dengan menanam varietas cabe yang
tahan terhadap nematode dan melakukan penggiliran tanaman. Dan apabila lahan
yang ditanami merupakan daerah endemi, pemberian nematisida dapat diberikan
bersamaan dengan pemupukan.
Penyakit yang sering menyerang tanaman
cabe diantaranya adalah
• Rebah semai
• Layu Fusarium
• Layu bakteri
• Antraknose / patek
• Busuk Phytophthora
• Bercak daun Cercospora
• Penyakit Virus
Penyakit anthracnose buah. Gejala awalnya adalah kulit buah akan tampak mengkilap, selanjutnya akan timbul bercak hitam yang kemudian meluas dan akhirnya membusuk. Untuk pengendaliannya semprot dengan fungisida Kocide 54 WDG dengan konsentrasi 1 sampai 2 g / l air bergantian dengan fungisida Victory 80wp dengan konsentrasi 1 – 2 g / liter air.
Penyakit busuk Phytopthora gejalanya
adalah bagian tanaman yang terserang terdapat bercak coklat kehitaman dan lama
kelamaan membusuk. Penyakit ini dapat menyerang tanaman cabe pada bagian daun,
batang maupun buah. Pengendaliannya adalah dengan menyemprot fungisida Kocide
77 wp dengan dosis 1,5 – 3 kg / Ha bergantian dengan fungisida Victory 80WP
konsentarsi 2 sampai 4 gram / liter dicampur dengan fungisida sistemik Starmyl
25 wp dengan dosis 0,8 – 1 g / liter Rebah semai ( dumping off ) .
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman
saat dipersemaian. Jamur penyebabnya adalah Phytium sp. Untuk tindakan
pencegahan dapat dilakukan perlakuan benih dengan Saromyl 35SD dan menyemprot
fungisida sistemik Starmyl 25WP saat dipersemaian dan saat pindah tanam dengan
konsentrasi 0,5 sampai 1 gram / liter.
Penyakit layu fusarium dan layu bakteri
pada tanaman cabe biasanya mulai menyerang tanaman saat fase generatif. Untuk
mencegahnya dianjurkan penyiraman Kocide 77WP pada lubang tanam dengan
konsentrasi 5 gram / liter / lima tanaman, mulai saat tanaman menjelang berbunga
dengan interval 10 sampai 14 hari.
Penyakit bercak daun cabe disebabkan
oleh cendawan Cercospora capsici. Gejalanya berupa bercak bercincin, berwarna
putih pada tengahnya dan coklat kehitaman pada tepinya. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan menyemprot fungisida Kocide 54WDG konsentrasi 1,5 sampai 3
gram / liter bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentrasi 2 sampai 4
gram / liter dengan interval 7 hari.
Penyakit mozaik virus. Saat ini belum
ada pestisida yang mampu mengendalikan penyakit mozaik virus ini. Dan sebagai
tindakan pencegahan dapat dilakukan pengendalian terhadap hewan pembawa virus
tersebut yaitu aphids.
Untuk pencegahan serangan hama penyakit,
gunakan benih cabe hibrida yang tahan terhadap serangan hama penyakit dan yang
telah diberi perlakuan pestisida. Apabila terjadi serangan atau untuk tujuan
pencegahan lakukan aplikasi pestisida sesuai OPT yang menyerang atau sesuai
petunjuk petugas penyuluh lapang.
7.
Panen
dan Pasca Panen Cabe
·
Panen
Pada saat tanaman berumur 75 – 85 hst
yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabe siap
dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabe tergantung varietas yang
digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta
kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen setiap 2 – 5 hari sekali
tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik
buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabe dapat disimpan lebih lama.
Buah cabe yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak
menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe sehat. Pisahkan buah cabe yang rusak
dari buah cabe yang sehat.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada
pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada
malam hari dan belum terjadi penguapan.
·
Pasca
Panen
Hasil panen yang telah dipisahkan antara
cabe yang sehat dan yang rusak, selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk
atau teduh sehingga cabe tetap segar .
Untuk mendapatkan harga yang lebih baik,
hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti
untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport.
Setelah buah cabe dikelompokkan
berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah
cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari
berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap didistribusikan ke
konsumen yang membutuhkan cabe segar.
Dengan penerapan teknologi budidaya,
penangganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida
yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabe yang saat ini banyak
dibutuhkan.
·
Analisis
Usaha
1.
Rincian
Biaya Tanam Cabe Merah
Jenis Tanaman : Cabe
Merah
Luas Tanah : 2500 M2
a.
Biaya
sewa lahan 2500 M2 = Rp. 4.000.000,-
b.
Pengadaan
Inventaris
1)
4
Buah Cangkul @ Rp. 50.000,- = Rp. 200.000,-
2)
4
Buah Gembor @ Rp. 25.000,- = Rp. 100.000,-
3)
4
Buah Timba @ Rp. 10.000,- = Rp. 40.000,-
4)
1
Unit Knap sack Sprayer = Rp. 360.000,-
5)
Kenco
50 M @ Rp. 750,- = Rp. 37.500,-
6)
5
Buah Sak/Karung @ Rp. 10.000,- = Rp. 40.000,- + Jumlah = Rp. 777.500,-
c.
Biaya
Pelaksanaan Selama 6 Bulan
1)
Pengadaan
Bibit Cabe Merah
•
0.25 Ha / 60 cm x 50 cm = 8334 Bibit
•
8400 Bibit @ Rp. 750, = Rp. 6.300.000,-
2)
Pupuk
•
NPK 200 Kg @ Rp. 15.000,- = Rp.3000.000,-
•
UREA 100 Kg @ Rp. 1300,- = Rp. 130.000,-
•
SP-36 50Kg @ Rp. 1500,- = Rp. 150.000,-
3)
Fungisida
•
Decis 1 L = Rp. 90.000,-
•
Lanat 1 L = Rp. 90.000,-
•
Curacorn 1 L = Rp. 125000,-
4)
Pengairan
15 Kali @ Rp.30.000 = Rp. 450.000,-
5)
Pengolahan
Tanah 5 Orang (4 hari) @ Rp. 30.000 = Rp. 600.000,-
6)
Tenaga
Kerja Penanaman 5 Orang @ Rp. 30.000 = Rp. 150.000,-
7)
Tenaga
Kerja Pemupukan 5 Orang (3 kali) @ Rp. 25.000,- = Rp 375.000,-
8)
Tenaga
Kerja Pemeliharaan 5 Orang (5 kali)@ Rp.20.000, = Rp. 500.000,-
9)
Tenaga
Kerja Pemanenan 5 Orang (20 kali) @ Rp.15000,- = Rp. . 750.000,
Jumlah
Rp.14.210.000,-
d.
Pemasaran
a)
Transportasi
20 Kali @ 25.000 = Rp. 500.000,-
Jumlah
Rp. 500.000,-
2.
Pendapatan
a)
Panen
• Panen 1 = 50 Kg @ Rp. 5.000,- = Rp. 250.000,-
• Panen 1 = 50 Kg @ Rp. 5.000,- = Rp. 250.000,-
• Panen 2 = 100 Kg @ Rp.5.000,- = Rp. 500.000,-
• Panen 3 = 150 Kg @ Rp.5.000 = Rp. 750.000,-
• Panen 4 = 300 Kg @ Rp.5.000, = Rp.1.500.000,-
• Panen 5 = 400 Kg @ Rp.5.000, = Rp.2.000.000,-
• Panen 6 = 450 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.2.250.000,-
• Panen 7 = 500 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.2.500.000,-
• Panen 8 = 500 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.2.500.000,-
• Panen 9 = 350 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.750.000,-
• Panen 10 = 350 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.750.000,-
• Panen 11 = 300 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.500.000,-
• Panen 12 = 300 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.500.000,-
• Panen 13 = 300 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.500.000,-
• Panen 14 = 250 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.250.000,-
• Panen 15 = 250 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.250.000,-
• Panen 16 = 250 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.250.000,-
• Panen 17 = 200 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.000.000,-
• Panen 18 = 200 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.000.000,-
• Panen 19 = 200 Kg @ Rp.5.000,- = Rp.1.000.000,-
• Panen 20 = 150 Kg @ Rp.5.000,- = Rp. 750.000,- +
Jumlah Rp. 27.750.000,-
b)
R/L
= Pendapatan – Biaya
=
Rp. 27.750.000 - Rp. 19.427.500
=
Rp. 8.262.500,-
1.
Payback
Period
Biaya
Rp.19.487.500
x
Bulan = x 12 = 8,43
Pedapatan
Rp.27.750.000
Hasil
tersebut mempunyai arti bahwa modal yang akan diinvestasikan akan kembali
setelah 8 bulan 5 hari.
2.
B/C
Ratio
Keuntungan
Rp. 8.262.500
=
= 0,3
Pedapatan
Rp. 27.750.000
Dari
B/C sebesar menandakan bahwa dari modal Rp. 1 akan mempunyai keuntungan Rp. 0,3
3.
Break
Even Point
Biaya
Tetap Rp. 11.577.500
=
= Rp. 16.079.900,-
1
– Biaya tidak tetap 1 – Rp.7.910.000
Pendapatan
Rp.27.750.000
Hasil
BEP tersebut berarti bahwa usaha tidak untung dan tidak rugi pada saat pendapatan
mencapai Rp. 16.079.900,-
FOTO




BUAH BIJI


BAB
IV
DAUN
YANG DIAWETKAN
BAB
V
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada
dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan
baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak
terlalu tinggi. Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang
gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Dari hasil kegiatan ini dapat memberi atau menambah
informasi bagi pembaca dan petani tentang budidaya tanaman cabe merah dan
pendapatan serta penghasilan dalam usaha tani.
DAFTAR PUSATAKA
Apriantono, A. 2004. Rujukan Profesional Agribisnis. Percaturan Pasar Domestik pada Peralihan Tahun. Majalah Hortikultura, Vol. 3. No.12.
Etty Sumiati, dan Herbagiandono. 1985. Pengaruh beberapa Zat Pengatur Tumbuh dan Pupuk Daun Biokimia Terhadap Hasil Buah Cabe (Capsicum annum L.) Kultifar Padang. Bul. Panel. Hort. Vol. XII No. 1.
Kerlinger, N. Fred., 2000. Asas-asas Penelitian Behavioral. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Hendro dan Rismunandar. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur Sayuran Penting di Indonesia. Sinar Baru. Bandung. Hal. 39 – 44.
Nazir. 1995. Metode Penelitian. Ghalia. Indonesia
Sunaryono, H. 2002. Budidaya Cabe Merah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Haryono Semangun.Penyakit – penyakit Tanaman Holtikultura di Indonesia.Yogyakarta:Gadjah
Mada University Press, 1989.
Direktorat Gizi Depkes RI.Daftar Komposisi Bahan Makanan.Jakarta
:Bhartara Karaya Aksara, 1981.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar